The Silence of the Lambs: Mendikte Adegan Melalui Framing Gambar


Spoiler Alert: tulisan ini ditujukan untuk mereka yang sudah menonton film yang akan dibahas. Disarankan untuk menonton film secara menyeluruh baru kembali lagi ke sini. Or don't, I'm not your mum.

Untuk kesempatan spesial Halloween kali ini (sebenernya udah kelewatan, tapi anggap saja masih tepat waktu), saya ingin membedah sebuah film horor legendaris garapan sutradara Jonathan Demme yaitu The Silence of the Lambs. Lebih tepatnya, saya akan menganalisa satu adegan di awal film yang sampai sekarang masih sukses membuat saya merinding sekaligus kagum. Adegan yang saya maksud adalah saat Clarice Starling, trainee agen F.B.I, mengunjungi rumah sakit jiwa tempat Dr. Hannibal Lecter, antagonis utama film ini, berada.

Kenapa saya memilih untuk menganalisa adegan ini? Karena adegan ini dengan elok dan subtle menggunakan pergerakan kamera dan framing; menunjukkan bagaimana dua karakter dalam sebuah drama saling berusaha memenangi satu sama lain untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Alasan lain adalah karena ini blog saya, jadi terserah saya dong

Adegan dimulai dengan Starling dan Lecter melihat langsung ke arah lensa kamera--ke arah satu sama lain, memperhatikan satu sama lain melalui kaca sel penjara tempat sang dokter ditahan. Meskipun peran Lecter di situ adalah sebagai tahanan, posisi framing pada gambar mengindikasikan bahwa mereka setara.



Kedua karakter melihat tepat ke arah kamera

Namun, begitu Lecter melontarkan dialog pertamanya yang merujuk pada tanda pengenal F.B.I milik Starling,
"That expires in one week. You're not a real F.B.I, are you?"
Kamera langsung berpindah, mengambil gambar melalui angle atau sudut pandang over the shoulder, menandakan kedua karakter tersebut mulai memasang pertahanan mereka masing-masing.

Selanjutnya, Lecter memerintahkan Starling untuk duduk; menandakan kepada penonton bahwa dialah yang mempunyai kuasa dalam porsi adegan ini. Hal ini makin dipertegas dengan angle kamera berikutnya yang mengikuti Starling duduk, membuat penonton sedikit menunduk ke arahnya, menandakan bahwa dia tidak memiliki kuasa pada adegan tersebut; dan sedikit menengadah ke arah Lecter, menandakan dia yang menguasai jalannya adegan.



Bukan hanya itu, saat Lecter masih melihat tepat ke arah mata penonton, Starling digambarkan melihat ke arah off camera. Ini karena kita berada dalam kepala Starling. Jonathan Demme mempertegas hal ini dengan mengarahkan kamera ke sekitar ruangan sel Lecter, arah pandangan Starling, lalu panning kembali ke arah sang kanibal.



Perlu diingat bahwa dalam adegan ini, Starling berusaha merayu Dr. Lecter untuk melihat sebuah survei. Setiap kali Starling terlihat terlalu obvious atau terang-terangan, kamera berganti angle untuk menunjukkan bahwa Lecter memasang pertahanan terhadap Starling.


Meskipun demikian, Lecter sebenarnya penasaran akan satu hal,
"You know why he's called Buffalo Bill?"
Lalu, sudut pandang yang ditunjukkan pun berganti. Starling melihat tepat ke mata kita sedangkan Lecter melihat off camera. Framing yang ditunjukkan berganti untuk menandakan bahwa Lecter benar-benar tertarik, itulah kenapa kita beralih ke sudut pandangnya.



 Hubungan mereka pun mulai terasa lebih hangat setelah pertukaran dialog berikut,

"Most serial killers keep some sort of trophy."

"I didn't."

"No, you ate yours."

Dari sini terlihat seakan-akan Starling sudah menang. Lecter setuju untuk melihat survei yang diajukan Starling, dan kita mendapat close-up untuk memperlihatkan betapa pentingnya survei tersebut.



Namun kemudian Lecter memutuskan untuk memutar balik keadaan,
"You know what you look like to me with your good bag and your cheap shoes? You look like a rube."
Mengikuti dialog ini, dalam pertama kalinya kamera melakukan dollies atau bergerak secara horizontal sepanjang film dan berakhir dengan framing Lecter secara normal, namun membiarkan Starling tidak terfokus dan terlihat off-balance. Tepat saat Starling merasa dia menang, dia dikalahkan begitu saja.



Dalam shot selanjutnya, meskipun framing yang digunakan serupa dengan sebelumnya, Lecter tidak lagi melihat tepat ke tengah kamera namun sedikit lepas. Kedua karakter tersebut tidak lagi melihat secara eye to eye.


Lecter tidak lagi melihat tepat ke arah kamera

Lecter berjalan menjauhi kamera, dan kemudian dicerminkan oleh Starling yang melakukan hal yang sama.



Setelah Starling mendapat gangguan dari Miggs, penghuni sel sebelah, Lecter memanggilnya kembali dan kita mendapat gambar two-shot pertama dalam sepanjang adegan tersebut. Akhirnya kedua karakter tersebut berada dalam satu frame. Kamera diposisikan menengadah ke atas, dan kita sebagai penonton mengerti bahwa ini adalah awal mula hubungan mereka.



Yang membuat adegan ini begitu dinamis adalah bagaimana Lecter berhasil memenangkan adegan tersebut namun merelakan kemenangan tersebut atas alasannya sendiri. Starling mendapatkan yang ia inginkan, namun hal tersebut terasa seperti penghinaan.

End of the Scene.

Kalau kalian menikmati latihan kecil barusan, variasi interaksi-interaksi lain antara Hannibal Lecter dan Clarice Starling sepanjang film didasari dengan pertanyaan yang sama: who wins the scene?

Dengan memanfaatkan komposisi gambar dan framing yang cerdas, The Silence of the Lambs memberi suguhan horor yang subtle, yet effectively unsettling.

No comments:

Post a Comment