Superhero: Definisi Pahlawan Super Dalam Film, Komik, Dan Media Pop-Culture Lainnya


Apa yang pertama kali terbesit di benak anda ketika mendengar kata superhero? Kostum? Superpower? Simbol? Penumpas kejahatan? Identitas Rahasia? Marvel? DC? Sebenarnya apa yang membuat karakter fiksi yang ditampilkan oleh media pantas untuk dilabeli sebagai superhero  atau pahlawan super?

Sejauh ini banyak sekali definisi dari superhero yang dilontarkan oleh sekian banyak tokoh, mulai dari sutradara film, aktor, atau bahkan author atau penulis komik itu sendiri. Namun, dari sekian banyak definisi yang diberikan, mereka masih belum mencapai titik temu persetujuan untuk definisi superhero yang bisa diterima secara universal. Bila kita telusuri dari akarnya, ungkapan superhero pertama kali dilontarkan dalam buku An Airman Outings (1917) oleh Alan Bott, yang merujuk pada pilot pesawat Inggris pada masa perang dengan menyebut mereka sebagai the super-heroes of war atau pahlawan super perang. Dua dekade kemudian, terbitlah serial komik Action Comics pada bulan Juni 1938 dan memperkenalkan karakter superhero yang paling mudah dikenali saat ini, yaitu Superman.

Munculnya karakter Superman dijadikan standar penulisan karakter superhero, dengan kostum berwarna-warni yang mudah dikenali, identitas rahasia dengan Clark Kent sebagai alter-ego-nya, dan kekuatan super yang mengundang rasa kagum. Superman sendiri juga digambarkan sebagai karakter yang tanpa lelah menumpas kejahatan dan membantu mereka yang membutuhkan. Menariknya, banyak sekali jajaran karakter fiksi yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut, namun tidak dianggap sebagai pahlawan super. Jelas sekali bahwa ada satu fitur utama yang menjadi penentu definisi pahlawan super.

Menurut Dr. Robin Rosenberg, seorang psikologis yang menjadi salah satu editor buku What Is A Superhero? (2013), seorang superhero terdiri dari dua komponen yaitu: (1) Super, yaitu mereka lahir dengan kekuatan super, menyadari bahwa mereka mempunyai kekuatan super atau mengembangkan kekuatan super tersebut, dan (2) Hero atau pahlawan, yaitu mereka secara konsisten melakukan kebaikan. Maksud dari poin kedua ini adalah satu saja perbuatan baik dari karakter dengan kekuatan super tidak membuat mereka menjadi seorang superhero, mereka menjadikan perbuatan baik sebagai bagian dari misi hidup mereka.

Stan Lee, mantan presiden Marvel, memberikan definisi yang serupa dengan Rosenberg, dengan menyatakan superhero sebagai “A person who does heroic deeds and has the ability to do them in a way that a normal person couldn’t” atau seseorang yang melakukan tindakan heroik dan melakukan mereka dalam cara yang tidak bisa dilakukan orang lain.

Jeph Loeb, kepala bagian Marvel TV, menyatakan superhero adalah orang-orang dengan kekuatan dan kemampuan melebihi manusia biasa yang membuat keputusan untuk menggunakan kekuatan tersebut untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Joe Quesada, mantan editor-in-chief Marvel, mendeskripsikan superhero sebagai an extraordinary person placed in an extraordinary circumstances who manages to do extraordinary things to ultimately triumph over evil atau orang luar biasa yang ditempatkan pada situasi luar biasa yang sanggup melakukan hal-hal luar biasa untuk mengalahkan kejahatan.

Banyak sekali rentetan karakter superhero yang terlahir dengan kekuatan super ataupun mendapatkan kekuatan super dan menggunakannya untuk kebaikan. Superman merupakan alien dari planet Krypton dan menjadi pelindung bumi, Spiderman menerima gigitan laba-laba radiasi dan melawan kriminal di kota New York, karakter-karakter manusia mutan dari serial komik dan film X-Men, dan banyak karakter lainnya yang menggunakan kekuatan supernya untuk membasmi kejahatan dan menegakkan keadilan serta menyelamatkan nyawa banyak orang. Kesamaan lain yang mereka miliki adalah mereka semua tidak melatih atau mengasah kekuatan mereka. Kekuatan mereka ada sejak lahir atau diberikan kepada melalui suatu cara tertentu yang tidak memerlukan mereka untuk bekerja keras mendapatkan super power mereka.

Lalu, k
emunculan karakter Batman pada serial Detective Comics pada tahun 1939, hadir sebagai penantang definisi superhero yang sudah ada. Masih memakai kostum, masih mempunyai identitas rahasia seabagai Bruce Wayne, masih mempunyai simbol, masih menumpas kejahatan dan menyelamatkan nyawa banyak orang, namun Batman tidak mempunyai superpower sama sekali. Karakter Batman digambarkan sebagai sebatas seorang pria berkostum yang mengandalkan kemampuan mental dan fisik di atas rata-rata, menguasai hampir semua bentuk bela diri, kemampuan investigasi yang sangat handal, sehingga digadang sebagai the world’s best detective atau detektif terbaik dunia, dan ketrampilan menggunakan bermacam-macam gadget untuk bertarung dan investigasi.

Semua kemampuan yang dimiliki Batman merupakan asahan dan bukan kemampuan ataupun kekuatan dari lahir. Yang menarik adalah, tanpa adanya superpower pun Batman masih dianggap sebagai pahlawan super. Hal yang serupa juga terjadi pada karakter-karakter seperti Hawkeye, Green Arrow, Daredevil, Iron Man, dan Iron Fist yang mengasah kekuatan mereka.

Sebaliknya, karakter seperti Buffy dari serial tv Buffy the Vampire Slayer (1997-2003), yang sejak lahir diberkati dengan kekuatan mistis yang berasal dari intisari iblis. Kekuatan mistis yang dia miliki memberi dia keunggulan fisik dari sisi kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan panca indra. Tentunya semua hal ini merupakan keunggulan yang tidak dimiliki manusia biasa sehingga bisa tergolong sebagai kekuatan super dan dia menggunakan kekuatan itu untuk membasmi kejahatan dan menolong mereka yang membutuhkan. Namun, sejauh ini tidak ada yang memandang Buffy sebagai seorang pahlawan super. Karakter-karakter seperti Gandalf, Luke Skywalker, dan Harry Potter juga mengalami perlakuan yang sama dengan Buffy.


Kriteria lain yang menjadikan sebuah karakter sebagai pahlawan super adalah identitas rahasia, kostum yang melindungi identitas tersebut, dan simbol yang menemani kostum tersebut. Hampir semua karakter yang dikenal sebagai superhero mengenakan kostum dengan simbol yang menjadi trademark mereka. Simbol-simbol yang mereka kenakan ini seringkali memiliki makna tersendiri. Superman mengenakan kostum biru-merah dengan huruf ‘S’ besar yang dalam bahasa kryptonian berarti harapan, menjadikan Superman sebagai penyelamat yang diandalkan dan diharapkan oleh umat manusia. Contoh lain, adalah Batman yang menjadikan kelelawar, hewan yang paling dia takuti, sebagai simbol di atas kostumnya sebagai tanda bahwa dia adalah karakter yang ditakuti. Hal ini didukung juga oleh kostumnya yang konsisten menggunakan perpaduan warna hitam, abu-abu, dan biru gelap.

Namun, banyak juga karakter yang tidak menyembunyikan identitasnya, tidak mengenakan kostum, dan tidak mempunyai simbol yang merepresentasikan siapa mereka tetapi tetap diterima sebagai figur superhero, seperti: Jessica Jones—yang digambarkan mengenakan pakaian casual, Black Widow—juga digambarkan mengenakan pakaian biasa dan seragam agen, Hulk—yang hanya mengenakan celana pendek, dan Luke Cage—yang hanya mengenakan kaos dan jaket hoodie. Ada juga karakter-karakter seperti Tony Stark, Steve Rogers dan Thor yang meskipun mengenakan kostum, mereka tidak menyembunyikan identitas mereka sama sekali.

Sedangkan, Harry Potter yang mempunyai simbol tanda petir di dahinya—yang  melambangkan penderitaan (seperti yang kita lihat di sepanjang serial film dan novel  Harry Potter dimana sang protagonis selalu mengalami kesulitan dan penderitaan kemanapun dia pergi), mengenakan kostum dalam bentuk seragam Hogwarts, mempunyai kemampuan melebihi manusia dan penyihir lain, dan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut untuk membantu banyak orang dan mengalahkan kejahatan, tidak pernah dianggap sebagai pahlawan super.


Bagaimana dengan setting atau latar? Apakah dunia dimana suatu karakter bertempat memengaruhi pertimbangan kita akan pantas atau tidaknya mereka sebagai seorang superhero? Lihatlah Naruto yang tentunya memenuhi hampir semua kriteria sebagai pahlawan super; kekuatan super, melawan kejahatan, tidak ada yang bisa menyamai kemampuannya, mengenakan kostum yang mudah dikenali dan memiliki simbol. Yang berbeda dari serial Naruto hanyalah setting yang diambil begitu berbeda dengan dunia kita, mengambil tempat di dunia ninja. Begitu juga dengan kebanyakan karakter anime lainnya. Bila kita lihat, Naruto mempunyai kesamaan dengan karakter-karakter seperti Harry Potter, Luke Skywalker, dan Gandalf: dunia yang berbeda secara drastis dengan dunia kita.

Poin yang membedakan antara karakter-karakter seperti Harry Potter, Luke Skywalker, Naruto, ataupun Gandalf dengan karakter-karakter seperti Superman, Batman, Aquaman, Thor, Spiderman, Luke Cage, dan Jessica Jones adalah relatability mereka atau kapasitas penonton/pembaca untuk mengidentifikasikan diri mereka ke dalam dunia karakter-karakter tersebut. Hal ini dikarenakan setting  atau latar karakter seperti Superman berada di dunia nyata, yang kita sadari secara betul terhubung dengan dunia kita dan mitologi yang ada di dalamnya, dan di dalam universe atau alam semesta yang bisa kita kenali.

Meskipun ada beberapa pahlawan super yang bertempat di kota fiksi seperti Metropolis dan Gotham, contohnya, dua kota tersebut masih mempertahankan fasad kota yang serupa dengan kota-kota yang sering kita lihat di dunia nyata. Ada juga karakter-karakter sperti Thor yang bertempat di Asgard dan Aquaman di Atlantis, yang bertempat di setting yang tidak familiar, namun kedua tempat itu masih bisa ditelusuri kembali kepada mitologi yang ada di bumi. Kepercayaan bahwa kedua tempat itu benar-benar nyata juga telah tertanam dalam diri penonton/pembaca sebelumnya. Alhasil, mereka telah merasa familiar dengan kedua setting tersebut. Contohnya, Atlantis merupakan tempat yang telah dipercaya ada namun masih tidak kita ketahui keberadaannya dan Asgard dipercaya sebagai tempat berdiamnya dewa-dewi dari negara-negara Nordik.

Sebaliknya, karakter selayaknya Harry Potter ataupun Luke Skywalker mengambil tempat asing yang benar-benar baru bagi kita, dengan serial Star Wars yang mengambil latar “Long ago, in a galaxy far, far away.” Bisa dilihat juga dari dunia karakter-karakter anime, contohnya serial Naruto yang bertempat dalam dimensi 2D, sehingga langsung membuat penonton merasa bahwa dunia yang diperlihatkan tidaklah nyata. Contoh lain dengan serial film Harry Potter, yang bertempat di dunia sihir yang meskipun memiliki paralel dengan dunia nyata, penggambaran dalam novel-novel ataupun film-filmnya membuat penonton merasa dunia yang ditampilkan jauh berbeda. Sihir-sihir yang kelewat luar biasa dan makhluk-makhluk yang tidak pernah kita lihat sebelumnya, dibandingkan dengan dunia nyata, membuat semesta yang ditampilkan semesta Harry Potter kehilangan relatability-nya.

Dari sekian banyak faktor yang seharusnya menjadi penentu definisi superhero yang ada, ternyata faktor yang membuat kita menganggap suatu karakter sebagai pahlawan super adalah kedekatan dunia mereka dengan dunia kita sendiri. Terdapat banyak sekali karakter yang seharusnya sudah memenuhi kriteria-kriteria yang ada—dengan  kostum, kekuatan super, dan kerelaan mereka membantu orang banyak—untuk  dianggap sebagai superhero, namun latar dunia mereka yang jauh berbeda dengan dunia kita atau mengambil latar tempat yang sepenuhnya baru dari pengetahuan awal kita, mereka kehilangan semua relatability mereka untuk menjadi dekat dengan penonton ataupun pembaca.



Sumber Referensi

Bott, Alan. 1917. An Airman’s Outings. Last Post Press: London.

Rosenberg S., Robin & Peter Coogan (Eds). 2103. What Is a Supehero? Oxford University Press: USA.

Lee, Stan. 2013. “More Than Normal, But Believable” dalam Rosenberg S., Robin & Peter Coogan (Eds). 2103. What Is a Supehero? Oxford University Press: USA.

Loeb, Jeph. 2013. “Making The World A Better Place” dalam Rosenberg S., Robin & Peter Coogan (Eds). 2103. What Is a Supehero? Oxford University Press: USA.

Quesada, Joe. 2013. “Extraordinary” dalam Rosenberg S., Robin & Peter Coogan (Eds). 2103. What Is a Supehero? Oxford University Press: USA.

Siegel, Jerry, dkk. 1938. Action Comics Volume: 1. DC Comics: USA.

Sullivan, Vincent (Ed). 1939. Detective Comics Volume: 1. DC Comics: USA.

No comments:

Post a Comment